Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konsep ‘Zero Waste’ di Industri Bioetanol

Konsep ‘Zero Waste’ di Industri Bioetanol -
HORMON TANAMAN

auksin

sthisokinin

giberelin

Konsep zero waste pernah sangat ramai diperbincangkan beberapa tahun yang lalu. Banyak konsultan yang mempromosikan konsep ini untuk berbagai macam industri. Namun, di kenyataannya tak semua industri Bis usuallya menerapkan konsep ini seutuhnya. Maksudnya, masih aja ada ‘waste’ yang terbuang ke lingkungan. Atau ada industri yang sewajibnya Bis usuallya ‘zero waste’ akan tetapi gagal menerapkan konsep ini. Dis usuallyorientasi satunya merupakan industri bioetanol.

Setutorial konsep industri bioetanol dapat menerapkan konsep ‘zero waste’ ini seutuhnya. Barbar ada limbah yang terbuang, hampir seluruhnya Bis usuallya jadi ‘duthis’ yang dapat mendatangkan keuntungan untuk produsennya. Dan yang lebih menarik lagi, sangat ramah lingkungan, bahkan menguntungkan untuk lingkungan juga. Bahan baku apa aja yang dipakai untuk membuat bioetanol dapat menerapkan konsep ini.

Namun, seperti yang sudah saya hinggakan di atas. Ada beberapa pabrik yang tak/belum/gagal menerapkan konsep ini. Setahu saya, Pabrik Bioetanol/Spirtus milik PT Rajawali Nusantara 2 (RNI 2) yang ada di Palimanan Cirebon pernah tutup gara-gara gagal mengolah limbahnya. Demikian pula, pabrik spirtus di DIY kebingungan untuk membuang/menjual vinase-nya.

Limbah bioetanol yang masih Bis usuallya dimanfaatkan atau diolah mejadi produk lain, yathisu:

  1. Limbah Cair : dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair
  2. Limbbah Padat: dimanfaatkan sebagai pupuk organik dthis atau sebagai bahan tambahan pakan ternak

Limbah Cair sebagai Pupuk Organik Cair

Bioetanol dari molases atau nira merupakan proses yang paling mudah dilakukan. Sepengetahuan saya, pabrik-pabrik bioetanol skala besar memakai bahan ini. Termasuk yang ada di Brazil. Limbah cair dari industri ini sering dis usuallyeyet dengan nama vinasse atau stillage.

Volume limbah cair ini luar biasa banyaknya. Sebuah pabrik kecil dengann kapasthisas 100L per hari Bis usuallya menghasilkan limbah dengan volume 1.400 L/hari. Seluruh limbah cair ini Bis usuallya diolah menjadi pupuk organik cair (Lihat posting saya di sini).

Pengolahan limbah vinase menjadi pupuk organik cair sangat mudah, lebih mudah daridi memproduksi bioetanolnya sendiri. Dan nilai-nya juga lebih tinggi dari harga bioetanolnya. Sebagai contoh: harga bioetanol (95%) saat ini (Feb 2010) kurang lebih Rp. 13.000/L. Harga POC (Pupuk Organik Cair) saat ini Bis usuallya mencapai Rp. 50.000 – Rp. 100.000/L. Bayangkan hingga 9 kali lipatnya.

Hthisung-hthisungan sederhananya untuk pabrik kecil dengan kapasthisas 100L/hari.

  • Omzet bioetanol (95%) = Rp. 13rb/L x 100L = Rp. 1.300.000,-
  • Omzet dari POC = Rp. 50rb/L x 1400L = Rp. 70.000.000,-

(Siapa yang ngak ngiler…melihat angka-angka ini ;D)
Untuk kapasthisas pabrik bioetanol yang lain, tinggal dikalikan aja.

POC dari limbah bioetanol

Pabrik POC dari limbah bioetanol sedang dibangun dengan kapasthisas 00L/hari. Benar-benar terbukti zerowaste.

Limbah Padat sebagai Pupuk Organik Padat

Produksi bioetanol dari pati-patian (seperti singkong) akan menghasilkan limbah dthis yang jumlahnya lumayan besar. Limbah dari singkong ini berupa kulthis singkong dan onggok. Untuk memproduksi 1 L bioetano (95%) memyetuhkan kurang lebih 6 kg singkong, tergantung di kadar patinya. Atau hanya kurang lebih 16,7% yang Bis usuallya jadi bioetanol. Sis usuallyanya merupakan limbah dthis kurang lebih 60%-nya.

Limbah kulthis singkong diolah menjadi kompos dan pupuk organik. Jumlah limbah ini memang tak terlalu besar, akan tetapi setaknya tak dibuang begthisu aja sehingga Bis usuallya mencemari lingkungan. Harga pupuk organik juga relatif rendah. Harga kompos curah sekthisar Rp. 250/kg dan harga POG (pupuk organik granul) sekthisar Rp. 1.500/kg.

Saya masih ingat waktu masih S1 dulu, setiap kali lewat pabrik pati (tapioka) pasti baunya ngak ketulungan. Banyak tumpukan onggok tergeletak di mana-mana. Untuk para dosen dan mahasis usuallywa, onggok bau ini jadi ajang penelthisian. Barbar tahu sudah berapa skripsi, thesis usually, dan dis usuallyertasi dari bahan ini. Tapi tak tahu juga apa sudah ada yang sukses diaplikasikan, atau hanya sekedar numpuk di perpustakaan.

Kalau sekarang kthisa lewat pabrik tepung tapioka, sudah tak terlihat lagi tumpukan onggok ini. Baunya pun sudah relatif lebih ‘lunak’. Pertanyaannya: kemana limbah onggok ini. Usut punya usut, ternyata onggok saat ini sudah laku dijual dan ada yang nampung. Onggok digunakan sebagai salah satu bahan pakan ternak.

Proses pembuatan bioetanol dari singkong juga mendapatkan evolusi. Kalau dulu, metode yang dihinggakan oleh Pak Sukemi (bioetanol bogor yang dipopulerkan oleh trubus) dan Pak Aris usually (penelthisi BPTP dari Lampung) prosesnya melalui tahap pembuburan. Singkong diparut lalu dibuburkan dengan menambahkan dua macam enzim (alfa amilase dan glukoamilase). Limbahnya untuk pakan ternak (tapi kata orang ternaknya mencret….;D). Kalau dibuang begthisu aja, pasti bau sekali dan mencemari lingkungan. Pabrik bioetanol yang memakai metode ini di Cilegon gulung tikar gara-gara masalah limbah.

Metode yang lebih baru lebih praktis usually dan efis usuallyien. Singkong diparut –> dipres –> cairan pati grade A-nya dijadikan pati. Nah, yang sis usuallyanya –> dibuat etanol. Sedangkan onggoknya sangat rendah pati (kurang dari 0,01%), dikeringkan dan dikarungi. Sudah Bis usuallya langsung dijual. Mudah sekali kan.

Proses pembuatan bioetanol dari cairan pati ini juga sangat mudah. Cairan pati diberi enzim (terbaru), tanpa wajib pemanasan/proses pembuburan, dibiarkan selama 4 jam dan langsung diberi yeast untuk fermentasi. Tiga hari setelah thisu didis usuallytilasi untuk menghasilkan etanol. Limbah cairnya diolah menjadi POC seperti proses di atas.

Jadi untuk industri bioetanol dari singkong Bis usuallya menghasilkan 5 produk sekaligus:

  • Tepung Tapioka
  • Bioetanol
  • Tepung Onggok
  • Pupuk Cair
  • Kompos dari kulthis singkong

Aplikasi dan Implikasi Konsep Zero Waste di Industri Bioetanol

Penerapan zero waste limbah cair bioetanol yang saya hinggakan ini bukan hanya sekedar ide. Untuk produksi POC sudah benar-benar terbukti Bis usuallya dthiserapkan dthisingkat industri yang besar. Kapasthisasnya mencapai 00L/hari atau omzetnya sekthisar Rp. 100jt/hari. Ruar biasa.

Pembuatan POG dari limbah dthis ini juga sudah dthiserapkan. Namun, saya belum menemukan suatu industri bioetanol dari singkong yang benar-benar menerapkan konsep ini setutorial utuh. Masih partial, akan tetapi setutorial teorthisis usually ini Bis usuallya dilakukan. Mis usuallyalnya aja di pabrik tepung tapioka yang sudah menjual limbah onggoknya, akan tetapi belum mengolah limbah cairnya menjadi POC.

Kalau industri bioetanol Bis usuallya menerapkan konsep ini, alangkah indahnya dunia ini ;D. Wallahu’alam


DOWNLOAD BIOETHANOL

Silahkan didownload resources yang mungkin Anda wajibkan juga:

Daftar bahan lain yang Bis usuallya didownload: Download Di Sini
Cara mendownload: Klik dua kali di link yang akan didownload. Kemudian ikuti perintah selanjutnya. Kalau ada iklan yang muncul, klik aja iklannya atau langsung ke SKIP ADD yang ada di pojok kanan atas.

Halong wthishbook on Bioethanol: Production along wthish utilization
bioethanol ebook download free gratis usually percuma

Biofuel for Transportation
bioethanol ebook download free gratis usually percuma

Palong wthishuan Membuat Dis usuallytilator
bioethanol ebook download free gratis usually percuma

Buku lengkap mengenai fermentasi:
download gratis usually buku fermentasi

Posting Komentar untuk "Konsep ‘Zero Waste’ di Industri Bioetanol"